H. Wayne Huizenga dianggap oleh
banyak orang sebagai salah satu pria dengan ide terhebat dalam sejarah
bisnis Amerika. Dengan kemampuannya yang luar biasa memilih sebuah
industri matang yang terbagi untuk konsolidasi dan menciptakan sebuah
perusahaan yang mendominasi industri tersebut begitu cepat sehingga para
pesaingnya tertinggal di luar kedinginan,
Huizenga menjadikan dirinya sendiri seorang milyuner. Dipilih oleh majalah Forbes sebagai salah satu "Pebisnis Amerika Yang Paling Berkuasa," ia memimpin sebuah kerajaan bisnis bernilai milyaran dolar yang termasuk tim olahraga professional hingga ritel mobil terbesar di Negeri itu. Dan itu semua dimulai hanya oleh satu truk sampah.
Huizenga menjadikan dirinya sendiri seorang milyuner. Dipilih oleh majalah Forbes sebagai salah satu "Pebisnis Amerika Yang Paling Berkuasa," ia memimpin sebuah kerajaan bisnis bernilai milyaran dolar yang termasuk tim olahraga professional hingga ritel mobil terbesar di Negeri itu. Dan itu semua dimulai hanya oleh satu truk sampah.
Fakta
bahwa Huizenga akan menjadi salah satu pengusaha paling sukses di dunia
bukanlah sebuah kejutan. Faktanya, wirausaha sudah mendarah-daging pada
keluarganya. Kakeknya yang seorang imigran Belanda memulai sebuah
bisnis sampah di Chicago dan ayahnya mengepalai perusahaan konstruksinya
sendiri. Ketika ia masih seorang remaja pria, ayah Huizenga mengatakan
kepadanya, "Kamu tidak bisa mendapatkan uang dengan bekerja bagi orang
lain."
Wayne muda mengambil
saran dari ayahnya hingga ke hati dan mempersiapkan diri untuk masuk ke
dalam dunia bisnis. Pada 1962, di usia 25, Huizenga memulai Southern Sanitation Service
dengan meminjam $5000 dari ayahnya dan membujuk seorang penarik sampah
lokal di Fort Lauderdale, Florida, untuk menjualnya sebuah truk bekas
dan beberapa peralatan. Setiap harinya, Huizenga akan bersiap untuk
rutenya pada pukul 2 pagi, mengangkat sampah dan mengangkutnya ke
pembuangan hingga sore menjelang. Lalu ia mandi, berpakaian terbaik, dan
menghabiskan sisa hari menelpon para pemilik rumah,
supermarket-supermarket, dan toko-toko ritel untuk menggalang bisnis
bagi perusahaannya. "Saya tidak mengetahui apapun mengenai bisnis,"
terangnya pada sebuah wawancara dengan majalah The New York Times. "Saya
hanya bekerja keras dan memberikan pelayanan yang baik."
Pendekatan
itu bekerja, dan pada 1968 Huizenga memiliki 20 truk dan melayani para
kustomer sampai selatan jauh hingga Key West. Pada waktu itulah seorang
kerabat, Dean Buntrock, yang menjalankan firma pembuangan asli yang
didirikanoleh kakek Huizenga, menyarankan penggabungan perusahaannya
dengan Southern Sanitation. Huizenga setuju, dan Waste Management pun terbentuk.
Visi
Buntrock adalah untuk menciptakan sebuah perusahaan sanitasi nasional.
Untuk mencapai tujuan ini, ia dan Huizenga memulai sebuah pelesir
pembelian, mencakup 90 pengangkut sampah selama sembilan bulan.
Sepanjang masa inilah Huizengan mengembangkan strategi-strategi kunci
dan keahlian-keahlian yang akhirnya ia pakai untuk menjalankan
perusahaan-perusahaannya yang lain. Pembelian-pembelian itu utamanya
dilakukan untuk stok Waste Management.
Huizenga dan Buntrock merasakan bahwa pencairan saham-saham kepemilikan
mereka itu lebih baik daripada menekan pembayaran bunga uang bisa
menguburkan perusahaan lebih lagi. Mereka juga umumnya menjaga
pemilik-pemilik sebelumnya sebagai manajer, mempercayai bahwa jika
perusahaan-perusahaan mereka cukup baik untuk dipersunting, begitu juga
keahlian mereka. Terima kasih kepada strategi ini, Waste Management pun
akhirnya menjadi perusahaan pemusnahan sampah terbesar di Negeri itu,
menjadikan Huizenga dan Buntrock jutawan.
Pada
1984, perolehan Waste Management mencapai puncak $1 milyar. Tetapi
Huizenga menjadi lelah dengan bisnis sampah, dan ia pensiun pada usia
46. Bagaimanapun masa pensiunnya tidak bertahan lama. Tanpa lelah dan
berharga $21 juta terima kasih kepada sahamnya di Waste Management,
Huizenga mulai membeli bisnis-bisnis kecil lokal. Selama tiga tahun
pertama, ia memiliki lebih dari 100 bisnis dimulai dari air minum botol
dan jasa berkebun untuk hotel dan perkantoran. Sebagai seorang penulis
berkata, "Huizenga begitu mendominasi Fort Lauderdale sehingga seorang
warganya tidak mungkin melewati hari tanpa usaha jasanya." Pada 1986,
koleksi bisnisnya yang menjemukan telah memiliki pendapatan tahunan
hingga $100 juta. Tetapi ia belum mendapatkan perjanjian yang akan
menjadikannya legenda bisnis.
Pada 1987, John Melk, seorang mantan karyawan, dan Don Flynn, wakil presiden senior Waste Management,
meyakinkan Huizenga untuk melirik kepada serantaian kecil toko video
yang disebut Blockbuster. Sebenarnya, Huizenga menolak keras. Ia selalu
mengasosiasikan toko-toko video dengan perusahaan-perusahaan pornografi
yang kotor. Tetapi ketika ia melihat bahwa toko-toko Blockbuster itu
bersih, tertata rapi dan berkaryawankan para pekerja yang berpotongan
rapi, satu kata muncul di kepalanya: "McDonald's." Seperti rantai toko
hamburger terkenal, Huizenga menyadari bahwa Blockbuster adalah sebuah
konsep produk mudah yang bisa bergerak agresif - dan menguntungkan
secara nasional. Dalam satu minggu, Huizenga, Melk dan Flynn memiliki
perhatian mengontrol dalam Blockbuster.
Sekarang
untuk menanganinya, Huizenga memulai apa yang menjadi strategi
standarnya: akuisisi dalam skala besar. Ketika ia membeli Blockbuster
pada 1987, itu memiliki delapan toko dan 11 waralaba. Hanya dalam satu
tahun setelahnya, Blockbuster menjadi serantaian rental video terbesar
di dunia. Pada pertengahan tahun 1991, toko tersebut telah terhitung
mencapai 1.654, tidak termasuk 27 toko di Inggris Raya dan 51 di Kanada.
Huizenga
membuat uang begitu cepat hingga ia tidak bisa membelanjakan semuanya
pada perusahaan, maka ia pergi untuk pembelian plesir yang lain, kali
ini untuk membeli semua atau sebagian kepemilikan dari Miami Dolphins,
Joe Robbie Stadium, the Florida Marlins, the Florida Panthers, the Super
Club Retail Entertainment, Republic Pictures, Sound Warehouse dan Music
Plus. Huizenga telah menjadi salah seorang pria termakmur di Amerika,
berharga hampir mencapai $700juta. Tetapi sekali lagi, Huizenga
merasakan keinginan untuk maju. Maka pada 1984, ia menjual Blockbuster
kepada Viacom untuk $8.4 milyar dan mulai melirik industri baru untuk
dikalahkan.
Ia menemukannya
pada 1995, tetapi itu bukanlah sebuah industri baru. Faktanya, itu
adalah sesuatu yang Huizenga sangat familiar. Menginvestasikan $64 juta
dengan uangnya sendiri dan menghimpun tambahan $168 juta, ia membeli
perusahaan sanitasi di Atlanta Republic Waste Industries.
Pergerakan ini membingungkan banyak ahli Wall Street. Mereka tidak
mengerti mengapa Huizenga mau kembali lagi ke bisnis sampah. Sebenarnya,
dia tidak. "Saya hanya ingin melihat sebuah kerangka (perusahaan), dan
ini muncul begitu saja," jelasnya dalam sebuah wawancara Forbes. "Itu
bisa apa saja."
Pada waktu itu, perusahaan tersebut, dimana Huizenga mengganti namanya dengan Republic Industries,
adalah sebuah perusahaan kecil yang berjuang dalam pemusnahan sampah
dan bisnis keamanan elektronik. Hingga susunannya, Huizenga dengan hebat
memperlebar baik kedua aspek dari bisnis tersebut, menjadikan mereka
sapi perahan yang menguntungkan. Tenggelam dengan uang, Huizenga melatih
tempat-tempatnya dengan target dia selanjutnya, industri ritel
otomotif, dan mulai membangun jaringan nasional dari outlet-outlet mobil
baru dan bekas. Selama masa enam bulan, ia membeli 65 hak penjualan
otomotif dengan 109 outlet menjual 31 merek, membuka 11 superstore mobil
bekas yang disebut AutoNation USA, dan membeli tiga agensi rental
mobil, termasuk Alamo dan National.
Sekali
lagi, "sentuhan Midas" Huizenga bekerja dengan ajaib. Pada 1999,
Republic, sekarang bernama AutoNation Inc., memiliki
perjanjian-perjanjian hak penjualan 400 mobil baru dan lebih dari 40
toko mobil bekas, dan telah beroperasi hampir pada 4000 lokasi rental
mobil di seluruh Negeri, menjadikannya ritel otomotif nomor satu di
dunia dan penyedia jasa rental kendaraan terbesar kedua di Amerika
Serikat.
Sebagaimana bagi
Huizenga, ia dinyatakan sebagai salah satu seorang pria terkaya di
dunia. Tetapi ironisnya, uang tidaklah penting baginya. Ia bahkan tidak
mempedulikan untuk mengambil gaji dari AutoNation.
Yang mendorongnya adalah sensasi yang ia dapatkan dari kompetisi satu
lawan satu antara dirinya dan rivalnya. Itulah sebabnya di waktunya
ketika kebanyakan orang di usianya diperkirakan untuk pensiun, Huizenga
menekannya dan berjanji untuk menjadi salah seorang pengusaha sukses
yang paling berpengaruh dalam percaturan peta bisnis dunia hingga abad
selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar